Kajian Artikel Ilmiah - My Self and You: Tension in Bodily Sharing of Experience

Hallo Dunia, kali ini kita akan mengkaji sebuah artikel ilmiah yang berjudul My Self and You: Tension in Bodily Sharing of Experience

Dibawah ini adalah data dari artikel yang saya kaji:
Judul Asli :
My Self and You: Tension in Bodily Sharing of Experience
Penulis :
HELENA M. MENTIS, University of Maryland, Baltimore County
JARMO LAAKSOLAHTI, Mobile Life @ SICS
KRISTINA H¨OO¨ K, Mobile Life @ KTH
URL/doi :
http://dx.doi.org/10.1145/2617945

Abstrak :
There is a growing interest in designing systems for sharing experience through bodily interaction. To explore this design space, we built a probe system we named the Lega. In our 2-month-long research design process, we noted that the users’ attention was set on their own reflective experience, rather than attending to the person(s) with which they were sharing their experience. To explain these findings, we present an inductive analysis of the data through a phenomenological lens to pinpoint what causes such behavior. Our analysis extends our understanding of how to design for social embodied interaction, pointing to how we need to embrace the tension between self-reflection and shared experience, making inward listening and social expression visible acts, accessible to social construction and understanding. It entails experiencing our embodied self as others experience us in order to build a dialogue.

Pengkaji :
Muchamad Aang Sopian

Ulasan/Kajian :
Pada saat ini banyak sekali bentuk interaksi manusia, baik manusia dengan komputer manusia dengan sesama manusia itu sendiri. Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) interaksi adalah suatau hal yang saling melakukan aksi, berhubungan, mem-pengaruhi, antarhubungan, yang berarti hubungan sosial yang dinamis antara orang dengan orang lain, antara perseorangan dengan kelompok, dan antara kelompok dengan kelompok lain.


Pada kajian My Self and You: Tension in Bodily Sharing of Experience penulis menciptakan sebuah alat interaksi yang dapat berbagi pengalaman yang dialami oleh pengguna melalui interaksi tubuh. Untuk menyampaikan apa yang ingin pengguna sampaikan, penulis membuat sebuah alat yang dinamai Lega yang memberikan keluaran berupa getaran, gerakan dan cahaya lampu LED.
Dalam pembuatan Lega penulis mengungkapkan beberapa masalah yang sangat dasar yaitu mengenai bagaimana menangkap pengalaman seseorang dan menyampaikannya kepada orang lain. Dan juga masalah desain muncul yaitu ketika pengguna tidak ingin membagikan pengalaman atau apa yang dia rasakan kepada orang lain. Penulis mengundang beberapa peneliti dan desainer pada bidang teknologi informasi untuk menyelesaikan masalah tersebut dengan menggambarkan pada informasi intersubjektif tentang bagaimana kita bertindak berdasarkan kegiatan mereka.


Lega dan Kontruksi dari Lega
Lega dirancang untuk digunakan dalam kelompok dua sampai lima orang, dengan masing-masing orang membawa perangkatnya. Setiap Lega memiliki warna LED yang berbeda-beda yang terletak di tempurungnya untuk mengidentifikasi apa yang disampaikan. Sebagai contoh sederhana untuk membuktikan Lega berfungsi dengan baik, Lega ditekan oleh satu pengguna, maka pengguna lain yang memegang lega akan merasakan perubahan bentuk pada leganya, berupa membentuk sebuah lekukan yang lebih dalam, seperti gambar diatas. Saat ini ada tiga pola getaran yang berbeda untuk identifikasi ekspresi apa yang disampaikan pengguna.
Tujuan dari sistem Lega adalah untuk mempelajari lebih lanjut tentang kemungkinan dan keterbatasan kekuatan ekspresif dari gerakan atau isyarat dan penggunaan sensor untuk sistem ekspresif di masa depan.

Gambar skenario Lega yang digunakan pengunjung didalam sebuah Balai Seni
Untuk memahami cara kerja dari Lega, penulis menceritakan sebuah skenario yang dilakukan di sebuah balai seni terhadap dua orang pengguna, yaitu Joe dan Mary. 

Joe terpesona pada seni yang berada di ruang video, sehingga Mary bergerak menemui Joe ke ruang video yang ada di pameran tersebut dengan membawa Lega hijaunya. Dia memasuki sebuah kamar di belakang jauh dari ruang pameran. Ruangan tersebut terasa sedikit gelap dibandingkan dengan ruangan lain. Kemudian Marry melihat sebuah karya seni berupa patung anak kecil yang sedang memegang sebuah kaca pembesar yang terbuat dari lilin yang berlutut di lantai, yang sedang melihat ke atas sambil disorot oleh sebuah lampu yang dipasang di langit-langit. Akibat cahaya yang masuk melalui kaca pembesar mengakibatkan terbentuknya lubang di patung wajah lilin anak tersebut.
Mary merasa merasa kagum dan menyukai seni yang dilihatnya. Dia ingin joe melihat seni yang dilihatnya itu dan ingin meceritakan kepada Joe apa yang dia rasakan ketika melihat patung tersebut. Dia merasa Lega yang ada di lengannya mulai bergerak naik turun, perlahan pada awalnya dan kemudian lebih keras, karena kebahagiaan Mary terhadap seni yang dilihatnya mengakibatkan Lega yang berada di tangannya berubah. 
Beberapa saat kemudian, Joe memasuki ruang yang pernah Mary singgahi dan bertanya apakah mary telah sampai disini? Tiba-tiba Joe merasa lekukan di bagian atas Lega mulai menekan karena secara bersamaan mulai bergetar. Ia melihat dari LED di bagian atas Lega berwarna hijau menunjukkan bahwa ini adalah jejak yang ditinggalkan oleh Mary, berarti Mary pernah ketempat ini. 
Saat ia melihat sekeliling ruangan, matanya tertuju pada patung lilin yang berada ditengah ruangan. Dia mengetahui berapa senangnya mary terhadap patung anak kecil yang sedang memegang sebuah kaca pembesar yang terbuat dari lilin yang berlutut di lantai, dan kegembiraan itu ia rasakan dari getaran Lega yang cukup kuat dan cepat sehingga membuatnya tersenyum mengetahui betapa Mary menyukainya.

Kesimpulan
Melalui penelitian mengenai Lega ada beberapa kesimpulan yang dapat diambil, yaitu pentingnya membuat tindakan perceivably diakses orang lain melalui desain sistem akan mendorong berbagai empati. Lega dapat digunakan sebagai alat untuk membagi pengalaman, perasaan, kepada orang lain agar orang lain dapat memahami apa yang kita rasakan. Tujuan dari Lega itu sendiri untuk membagi bukan untuk refleksi diri. Menurut penulis, Lega hanya sebuah alat untuk mengekspresikan diri melalui sistem. Kita dapat mempermudah memahami empati orang lain dari pengalaman hidup orang lain dari gerakan dan tindakan mereka. 


Previous
Next Post »

7 comments

Write comments
June 21, 2015 at 11:59 PM delete

alat yang sangat menarik sekali dapat membagi hal yang dirasakan kepada orang lain alat ini berguna untuk seseorang yang tertutup atau pemalu sehingga tidak dapat meluapkan apa yang dirasakan kepada orang lain, tapi dengan adanya alat ini dapat memudahkan seseorang yang tertutup itu. nice inpoh

Reply
avatar
ihsan
AUTHOR
June 22, 2015 at 1:25 AM delete

Benar sekali menurut febri di atas memang berguna untuk seseorang yg pemalu tp ingin mengekspresikan perasaanya kepada orang lain bisa digunakan alat ini, tetapi kemungkinan klo semua orang pemalu menggunakan ini nantinya cenderung mereka malah tmbah males untuk berekspresi mungkin.

Reply
avatar
June 22, 2015 at 4:48 AM delete

Wah, seperti alat untuk curhat. cocok untuk orang orang introvert yang sukar membagi masalah dan 'unge-uneg' kepada orang lain.Kapan alat ini ada di Indonesia? :D

Reply
avatar
June 22, 2015 at 5:44 AM delete

Wahh alatnya bagusnya niih buat para cowok2 yang kurang peka, hehee. Alatnya akan sangat bermanfaat jika digunain sesuai fungsinya, tp jika digunakan buat hal negatif bahaya juga tuh, contohnya digunain sm pencari berita gosip untuk mengumbar aib2 orang.

Reply
avatar
Unknown
AUTHOR
June 22, 2015 at 6:14 AM delete

penelitian yang sangat unik, kalau menurut saya alat ini akan malah membuat orang yang pemalu atau introvert menjadi semakin introvert, karena jika mereka menggunakan alat ini mereka akan semakin jarang berinteraksi secara langsung dengan orang lain. Sebab menurut saya berkomunikasi secara langsung secara 4 mata dapat menciptakan ekspresi dari luapan emosi seseorang

Reply
avatar
Unknown
AUTHOR
June 22, 2015 at 11:10 AM delete

Ia betul sekali mba Renita, asalkan orang introvert itu mau berbagi ajah dengan orang lain. Rata2 orang introvert kan ga mau membagi cerita dengan orang lain

Reply
avatar
Unknown
AUTHOR
June 22, 2015 at 11:49 PM delete

Alat yang unik sekali, tetapi mungkin perlu ada dokumentasi yang benar-benar jelas tentang alat ini. Karena menurut saya terkadang perkataan saja sudah sulit dimengerti oleh orang-orang apalagi jika hanya sekedar perubahan bentuk. Jangan sampai malah menimbulkan miss perception. Selain itu menurut saya pergerakan alat yang semakin kencang ketika menunjukkan sesuatu yang 'sangat' atau 'lebih', agak mengganggu ya sepertinya.

Reply
avatar